Luwu Timur DK – Sulsel Sebuah kebocoran pipa limbah milik PT Vale Indonesia telah mencemari lahan persawahan warga di sekitar Desa Lioka, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Insiden ini menimbulkan kerugian besar bagi petani dan menyoroti lemahnya sistem mitigasi perusahaan.
Berikut adalah kronologi peristiwa berdasarkan keterangan warga dan perusahaan:
1. Waktu Kejadian (Diduga): Jumat Malam, 22 Agustus 2025 Berdasarkan kesaksian warga,kebocoran pipa limbah milik PT Vale diduga telah terjadi sejak Jumat malam. Namun, pada saat itu, warga belum menyadari adanya insiden tersebut.
2. Dampak Ditemukan: Sabtu Pagi, 23 Agustus 2025 Warga baru menyadari dampak kebocoran pada pagi hari Sabtu(23/8) saat hendak beraktivitas ke sawah. Mereka menemukan minyak berwarna hitam yang telah mengalir dari pipa yang bocor ke saluran irigasi dan menggenangi sawah-sawah di Dusun Molindowe serta desa-desa di sekitar Danau Towuti.
Lisye Delyati, seorang warga, menggambarkan kondisi tersebut, “Sudah kayak lautan minyak semua sawah.” Sawah-sawah yang baru sebulan ditanami padi dan telah dipupuk tersebut kini menghitam akibat genangan minyak.
3. Tanggapan Resmi Perusahaan: Sabtu, 23 Agustus 2025 Pada hari yang sama,PT Vale Indonesia mengeluarkan keterangan resmi. Dalam pernyataannya, perusahaan:
· Meminta maaf atas kejadian ini.
· Menyatakan bahwa penyebab kebocoran pipa masih dalam proses penyelidikan.
· Mengklaim bahwa mitigasi terhadap dampak masyarakat, sosial, dan lingkungan sedang dilakukan.
· Tidak menjelaskan jenis minyak yang tumpah dan belum dapat dimintai tanggapan lebih lanjut soal penanganan kebocoran.
4. Identifikasi Desa Terdampak: Minggu, 24 Agustus 2025 Berdasarkan data yang dihimpun dari warga setempat pada Minggu(24/8), setidaknya terdapat 5 desa yang terdampak tumpahan minyak tersebut:
1. Desa Lioka
2. Desa Asuli
3. Desa Baruga
4. Desa Matompi
5. Desa Timampu
Meskipun luas lahan yang terdampak belum diketahui secara pasti, kerugian materiil yang diderita petani diperkirakan sangat besar.
5. Konteks Historis: Kejadian Serupa di Masa Lalu Warga menyatakan bahwa ini bukanlah kali pertama insiden serupa terjadi.Lisye mengungkapkan bahwa tumpahan minyak pernah terjadi beberapa tahun silam, meski tidak separah saat ini.
Ia menegaskan bahwa perusahaan tidak pernah mensosialisasikan bahaya kebocoran instalasi minyak kepada warga, bahkan setelah kejadian sebelumnya. “Selama saya hidup, tidak pernah ada sosialisasi bahaya pipa bocor. Padahal itu, sudah pernah terjadi dan pernah terdampak ke sawah juga… Harusnya setelah sehabis itu ada sosialisasi dari perusahaan,” tandasnya.
Kejadian sebelumnya tersebut terjadi pada tahun 2000-an dan dampaknya disepelekan karena saat itu masyarakat tidak sedang menggarap sawah.
Ketua Forum Komunitas Hijau Ahmad Yusran mendesak aparat penegak hukum lingkugan hidup untuk tidak menutup mata dan memberikan sanksi tegas terhadap perusahan tersebut.
Yusran menegaskan bahwa pencemaran minyak hitam pada ekosistem sensitif seperti persawahan dan saluran irigasi disekitar danau memiliki dampak yang komplek berlapis
“Ini bukan sekedar kecelakaan teknis melainkan sebuah pelanggaran hukum lingkugan yang serius” tegas pada saat dikonfirmasi Yusran lewat Via Telvon
Dalam jangka menegah tanah yang tercemar mungkin tidak bisah ditanami lagi dalam waktu lama mengacam mata pencarian utama masyrakat.” Tegasnya Yusran
(Abu Sulsel)