Fitry Bakery And Cake Maros, Aroma Manis Dari Dapur Kecil Yang Menembus Pasar Maros

MAROS, SULSEL DK – Di sebuah sudut Jalan Poros Maros–Makassar, tepatnya di Bontoa, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, aroma roti yang baru keluar dari oven menyeruak hingga ke tepi jalan.

Di balik etalase kaca dengan tulisan “Fitry Bakery and Cake”, tampak beberapa pegawai sibuk menata roti berlapis glaze dan kue tart berwarna lembut. Di dapur kecil di belakang toko itulah, cerita manis Fitry Bakery bermula.

“Semua berawal dari oven kecil di rumah,” ujar Linda, pengelola Fitry Bakery and Cake Maros, saat ditemui di tokonya, Kamis sore, 9 Oktober 2025.

Ia bercerita, usaha yang kini ramai pelanggan itu bermula dari hobi membuat kue untuk keluarga. “Waktu itu saya hanya ingin belajar membuat kue ulang tahun anak. Lama-lama banyak teman yang pesan,” katanya sambil tersenyum.

Didirikan pada 2018, Fitry Bakery tumbuh di tengah pesatnya perkembangan industri kuliner lokal di Maros. Meski persaingan ketat, toko ini mampu menarik perhatian warga berkat konsistensi rasa dan tampilannya yang elegan.

“Kami tidak ingin sekadar menjual kue. Kami ingin setiap pelanggan merasakan kebahagiaan lewat setiap potongan,” ujarnya.

Menu unggulan Fitry Bakery meliputi roti Maros original kaya, roti Maros Pandan, Roti Maros Durian, hingga kue tart bertema modern yang bisa dipesan secara khusus.

“Bahan-bahan kami pilih langsung dari pemasok lokal. Tepung dan telur harus segar setiap hari,” kata Linda. menjelaskan. Ia juga menolak penggunaan bahan pengawet demi menjaga cita rasa alami.

Kue ulang tahun buatan Fitry Bakery kini menjadi langganan berbagai acara keluarga dan perkantoran di Maros. Desainnya beragam, dari gaya klasik hingga karakter anak-anak.

Di dapur, tampak empat orang karyawan bergantian menyiapkan adonan sejak pagi. “Kami bekerja seperti keluarga,” ujarnya.

“Kalau roti mengembang sempurna, rasanya seperti keberhasilan bersama,” ucap Linda menambahkan.

Selain melayani pesanan langsung di toko, Fitry Bakery aktif memanfaatkan media sosial untuk promosi. Foto-foto kue dengan dekorasi menawan kerap muncul di laman Instagram mereka, lengkap dengan testimoni pelanggan.

“Anak muda sekarang lebih cepat tahu dari media sosial, jadi kami ikut menyesuaikan,” katanya.

Meski usahanya terus berkembang, Linda mengaku tantangan terbesar bukan pada pesaing, melainkan menjaga kualitas dan konsistensi rasa.

“Kalau sekali pelanggan kecewa, mereka bisa pergi. Jadi, setiap hari kami mulai dengan semangat yang sama seperti hari pertama,” ujarnya.

Fitry Bakery kini tengah merencanakan ekspansi kecil, yaitu membuka cabang baru di kawasan lainnya dan memperluas lini produk ke kue kering untuk oleh-oleh khas Maros.

“Kami ingin membawa cita rasa lokal ke pasar yang lebih luas,” kata Linda.

Sebelum menutup wawancara, Fitryani sempat menuturkan pesan untuk pelaku UMKM lain di Maros.

“Mulailah dari hal kecil, tapi lakukan dengan hati. Karena yang membuat pelanggan datang kembali bukan hanya rasa, tapi juga kejujuran di setiap adonan.”

Di luar toko, aroma manis dari oven kembali menyeruak, pertanda satu lagi roti siap menyambut pelanggan.

Fitry Bakery mungkin berawal dari dapur kecil, tapi semangatnya kini mengisi ruang yang lebih besar yaitu, dapur-dapur keluarga di seluruh Maros, Linda, pengelola Fitry Bakery and Cake Maros, menandaskan.(**)

(Abu Sulsel)

Array
Related posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup