Pria Paruh Baya Bersemangat Baja dalam Perjalanan Bersepeda ke Mekkah untuk Ibadah Haji

TAPTENG || Detakkeadilan.com Dengan perasaan hangat dan penghargaan yang mendalam terhadap setiap usaha mencapai mimpi, kita mengikuti kisah Murtadin, seorang pria paruh baya dari Banyuwangi. Kekuatan hati dan semangatnya yang tidak tergoyahkan telah membawanya pada sebuah perjalanan spiritual yang sangat istimewa-bersepeda dari Indonesia menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.

 

Dalam kesempatan yang berharga ini, awak media berkesempatan bertemu dan berbincang dengan Murtadin setelah beliau menunaikan sholat Ashar di Masjid Raya Pandan, yang berada di Jalan Lintas Barat Sumatera Tapanuli Tengah, 30 April 2024.

 

Di tengah perbincangan itu, Murtadin berbagi kisah inspiratif yang menggugah hati tentang rute penuh tantangan dan kekayaan makna spiritual dalam perjalanannya. 

 

Menjadi seorang ayah dari lima anak tidak menghentikan semangatnya untuk menempuh perjalanan panjang ini dari Bogor hingga ke tanah suci Mekkah melalui jalur darat. Adanya rintangan tidak lain adalah bentuk dari ujian keimanan dan dedikasi, namun kerinduan mendalam untuk sampai ke Mekkah menjadikannya lebih kuat dan penuh dedikasi.

 

Disaat menghadapi kendala visa di Malaysia yang sempat membuatnya harus berputar kembali ke Indonesia, Murtadin tidak melihat ini sebagai penghentian, melainkan sebuah pelajaran penting dalam perjalanan spiritualnya. Baginya, setiap rintangan adalah kesempatan untuk tumbuh lebih kuat dan lebih bertekad dalam menghadapi ujian hidup.

 

“Kendala visa di Malaysia bukanlah akhir dari perjalanan. Itu hanyalah sebuah halaman baru dalam buku perjalanan saya menuju Mekkah. Saya kembali ke Indonesia dan dengan penuh harapan memulai lagi dari Bogor, bersepeda ke tanah suci,” kata Murtadin dengan semangat yang membara. 

 

Penuh harapan dan iman yang tak tergoyahkan kepada Allah SWT, beliau kembali mengayuh sepedanya dengan harapan yang baru untuk menyeberangi puluhan negara menuju Mekkah.

 

Lebih dari sekedar mode transportasi, sepeda bagi Murtadin adalah teman setia yang membawanya melintasi berbagai negara, menjadikan setiap kilometer perjalanan ini tidak hanya sebagai rangkaian ibadah haji, tapi juga sebagai ekspedisi spiritual dan budaya yang kaya. Perjalanan ini menjadi simbol perjuangan dan kerinduan yang mendalam, serta pelajaran berharga yang diperoleh dari interaksi budaya dan lanskap yang berbeda.

 

Jarak lebih dari 8.000 km dan waktu tempuh yang diperkirakan antara tujuh hingga sembilan bulan, menjadikan ini bukan hanya perjalanan yang menantang dari segi geografis dan waktu, tetapi juga dari segi persiapan fisik, mental, dan spiritual yang matang. Beliau harus siap menghadapi berbagai kondisi cuaca, kondisi jalan, serta tantangan logistik di berbagai negara, membutuhkan strategi dan persiapan yang komprehensif pada setiap aspek.

 

Dalam pesan yang penuh kebijaksanaan, Murtadin mengingatkan kita, terutama bagi mereka yang memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, agar tidak menunda-nunda kesempatan yang berharga ini.

 

“Bagi mereka yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji, jangan sampai penundaan menjadi penghalang. Ada pesan mendalam dalam setiap langkah yang kita ambil untuk mendekatkan diri kepada-Nya,” imbuh Murtadin, mengajak kita untuk merenungi nilai keberanian, persiapan, dan ketekunan dalam menjalankan ibadah serta dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup.

 

(Hamdan W. Sihombing)

Array
Related posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup