TAPTENG, DK – Lebah Trigona, atau biasa dikenal sebagai lebah tanpa sengat, merupakan salah satu penghasil madu paling berkualitas di Indonesia. Keberadaan lebah ini tidak hanya penting dari segi produksi madu, tetapi juga memiliki peranan yang signifikan dalam ekosistem sebagai penyerbuk tanaman. Hal ini menjadi alasan mengapa lebah Trigona sangat dihargai oleh para petani, terutama di daerah yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Berdasarkan pengujian ilmiah yang dilakukan oleh Ir. HAE Zaenal Hasan, M.Si., seorang peneliti dari Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor, kadar flavonoid yang dihasilkan oleh trigona mencapai 4 persen. Kadar flavonoid yang tinggi ini menjadikan madu Trigona bukan hanya sekadar pemanis alami, tetapi juga makanan bergizi tinggi yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Dengan melihat potensi tersebut, beternak lebah Trigona dapat menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan bagi masyarakat, terutama di daerah pedesaan, di mana kebutuhan akan penghasilan tambahan semakin mendesak.
Di Indonesia, terdapat beragam spesies lebah Trigona, tergantung pada wilayah geografisnya. Salah satu daerah yang terkenal dengan keberadaan lebah Trigona adalah Sumatera, yang memiliki lumbung lebah Trigona Itama dari genus Heterotrigona. Popularitas Heterotrigona Itama di kalangan petani lebah Sumatra tidak bisa dipandang sebelah mata; banyak petani yang berhasil meraih keuntungan yang cukup besar dari usaha pengembangan koloni lebah ini. Dengan pengelolaan yang baik, mereka mampu menghasilkan madu, bee pollen, dan propolis, semua ini menjadi sumber pendapatan tambahan yang menguntungkan.
Meskipun demikian, tidak semua petani mengalami keberhasilan yang sama; sebagian dari mereka terkadang menemui kegagalan bahkan merugi secara finansial. Kerugian ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk kurangnya pengetahuan tentang teknik beternak yang tepat, masalah cuaca, atau bahkan serangan predator.
Kali ini, penulis mencoba merangkum tips sukses dalam beternak lebah Trigona Itama penghasil Madu, Bee Pollen, dan Propolis. Dengan informasi yang tepat, diharapkan para petani bisa meminimalisir risiko kerugian dan mengoptimalkan potensi dari usaha ini.
Lahan atau tempat berternak lebah Trigona Itama adalah modal utama dalam beternak lebah tanpa sengat. Untuk memastikan lahan yang cocok, sangat penting untuk memperhatikan vegetasi di sekitar baik di dalam maupun di luar lokasi. Idealnya, lahan yang dipilih tidak terletak di lokasi yang rentan terhadap banjir saat hujan, serta memiliki banyak pohon sebagai tempat berlindung bagi koloni lebah Trigona Itama dari serangan terik matahari. Oleh karena itu, analisis ekosistem lokal serta keberadaan sumber pakan menjadi sangat vital,” ungkap salah satu Pemerhati Petani lebah Tanpa sengat dari Sumut Trigona di Jl. Oswald Siahaan Pandan, Tapanuli Tengah Minggu (19/01/2025).
Pria Kelahiran Pulau Nias tersebut menyebutkan Vegetasi merupakan bagian penting dalam menyokong sumber pakan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup lebah Trigona Itama. Oleh karena itu, sebaiknya memilih lokasi dengan tanaman yang menghasilkan resin, bee pollen, dan nektar. Beberapa contoh tanaman yang cocok untuk dijadikan sumber pakan adalah Xanthos Temon, Kaliandra, dan Dombeya. Memperhatikan dan menjaga keberadaan vegetasi ini bukan hanya membantu kesehatan koloni tetapi juga meningkatkan produktivitas hasil panen madu,” kata Rahmat
“Untuk mendapatkan bibit lebah Trigona Itama secara gratis di alam, salah satu caranya adalah dengan membolang. Namun, proses ini membutuhkan keahlian, peralatan khusus, serta ketelitian yang tinggi dalam memantau. Umumnya, lebah Trigona Itama bersarang di pohon dengan rongga, dan keberhasilan dalam membolang sangat bergantung pada pengalaman.
Untuk menambah keberhasilan, para petani seringkali mencari kerja sama dengan pembolang yang sudah berpengalaman agar mendapatkan bibit lebah Itama yang unggul dan layak untuk diternak. Hal ini penting untuk memastikan populasi koloni yang kuat dan produktif sebagai modal utama dalam usaha beternak,” Tutupnya.
Reporter : R. Mendrofa